Sabtu, 29 Juni 2013

PENYAKIT METABOLIK TERLENGKAP



LAPORAN SKENARIO 1 BLOK 5 SEMESTER 2
MUSCULOSKELETAL DAN DERMATOLOGI
 




KELOMPOK V
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada tutor dan dosen-dosen yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama membantu menyusun makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuannya tentang pentingnya mengetahui anatomi dan fisiologi sistem rangka dan sendi,mengetahui patogenesis dan patofisiologi penyakit metabolik pada sendi,mengetahui klasifikasi,etiologi,epidemiologi dan gejala klinis penyakit metabolik sendi,mengetahui diagnosa penyakit metabolik sendi,mengetahui penatalaksanaan penyakit metabolik sendi,mengetahui komplikasi dan prognosis pada penyakit metabolik sendi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Untuk penulis mengucapkan terima kasih.




Medan, 29 April 2013

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
Bab I : PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................................. 1
B.     Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 1
Bab II : DATA PELAKSANAAN PLENO........................................................................... 2
Bab III : PEMBAHASAN SKENARIO................................................................................ 3
Bab IV : KAJIAN TEORI....................................................................................................... 5
1.      Anatomi dan Fisiologi sistem Rangka dan Sendi ......................................................  5
2.      Patogenesis dan Patofisiologi penyakit metabolik sendi ............................................  6
3.      Klasifikasi,Etiologi,Epidemiologi dan Gejala klinis penyakit metabolik sendi ..........  9
4.      Diagnosa penyakit metabolik sendi ............................................................................  11
5.      Penatalaksanaan penyakit metabolik sendi ................................................................  13
6.      Komplikasi dan Prognosis penyakit metabolik sendi ................................................
Bab V : KESIMPULAN AKHIR........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 17


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sebagai mahasiswa kedokteran yang menjalani proses pendidikan kedokteran di bangku perkuliahan, sudah seharusnya kita mengerti bagaimana sebenarnya pendidikan yang akan dijalaninya.
Makalah ini akan memberikan penjelasan tentang anatomi dan fisioligi sistem rangka dan sendi, patofisiologi dan patogenesis penyakit metabolik sendi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi dan gejala klinis penyakit metabolik sendi, diagnosa penyakit metabolik sendi, penatalaksanaan penyakit metabolik sendi, komplikasi dan prognosis penyakit metabolik sendi.

B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan pembelajaran umum :
Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patogenesis, klasifikasi, etiologi, epidemiologi dan gejala klinis, diagnosa, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis pada penyakit metabolik sendi.

2.      Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini mahasiswa mampu :
a)      Menjelaskan anatomi dan fisiologi sendi
b)      Mengetahui patofisiologi dan patogenesis penyakit metabolik sendi
c)      Menjelaskan klasifikasi,etiologi,epidemiologi dan gejala klinis
d)     Mengetahui diagnosa penyakit metabolik sendi
e)      Mengetahui penatalaksanaan penyakit metabolik sendi
f)       Mengetahui dan prognosis penyakit metabolik sendi

g)       



BAB II
PEMBAHASAN
Skenario 1
Ibu Aminah 63 tahun,mengeluh sakit pada lutut kanan sejak 5 tahun yang lalu. Mula-mula kalau berjalan sakit dan kaku, lama-lama sakit berkurang. Sudah berobat kedokter dan diberi obat, sakitnya berkurang, tetapi kambuh lagi. Pada pemeriksaan dijumpai nyeri gerak, tanda-tanda inflamasi articulatio genu dectra dan pada palpasi pergerakan sendi adanya krepitasi. Apa yang terjadi terhadap ibu aminah dan bagaimana penatalaksanaannya ?

I.         MENGKLASIFIKASI ISTILAH YANG KURANG DIKENAL
1.         Inflamasi articulatio genu dextra      : Peradangan sendi lutut bagian kanan.
2.         Krepitasi                                           :  Suara dari gesekan sendi.

II.      MENETAPKAN PERMASALAHAN
1.         Ibu Aminah 63 tahun,mengeluh sakit pada lutut kanan sejak 54 tahun yang lalu.
2.         Mula-mula kalau berjalan sakit dan kaku,lama-lama sakit berkurang
3.         Sudah berobat kedokter dan diberi obat,sakitnya berkurang,tetapi kambuh lagi.
4.         Pada pemeriksaan dijumpai nyeri gerak,tanda-tanda inflamasi articulatio genu dextra dan pada palpasi pergerakkan sendi adanya krepitasi.

III.   MENGANALISIS MASALAH
1.         Faktor degenaratif,kemungkinan terjadi osteoarthritis.
2.         Kartilogi yang menipis.
3.         Kemungkinan penyakitnya tidak bisa sembuh,ditambah dengan aktivitas pasien.
4.         Kemungkinan menderita osteoarthritis.


IV.   KESIMPULAN SEMENTARA
Ibu Aminah 63 tahun,kemungkinan menderita osteoarthritis.



V.      MENENTUKAN TUJUAN BELAJAR
1.      Anatomi dan Fisiologi sisitem rangka dan sendi
2.      Patogenesis dan Patofisiologi penyakit metabolik pada sendi
3.      Klasifikasi,Etiologi,Epidemiologi dan gejala klinis penyakit metabolik sendi
4.      Diagnosa penyakit metabolik sendi
5.      Penatalaksanaan penyakit metabolik sendi
6.      Komplikasi dan Prognosis Penyakit metabolik sendi


















BAB III
KAJIAN TEORI
1.   ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI
                Sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antaru dua atau beberapa tulang kerangka. Terdapat 3 jenis sendi utama, yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial. Sendi juga dapat diklasifikasikan menurut kemungkinan geraknya, yaitu tak bergerak, sedikit bergerak dan bergerak luas.
1.      Sendi fibrus
            Sendi fibrus atau sinartroses adalah sendi yang tak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin ada gerakan di antara tulang-tulangnya. Pada sendi fibrosa tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu :
a.         Sutura atau sela antara tulang pipih tengkorak. Pada gambar tanda panah menunjuk sutura korona yang menyatukan tulang frontal dan parietal; sutura sagitalis berjalan dari depan ke belakang, menyatukan kedua tulang parietalis dan sutura lamboid menyatukan kedua parietal dengan tulang oksipital.


Gambar 1 : Sutura

b.         Sindesmoses adalah tempat permukaan persendian dihubungkan membran, seperti pada sendi tibio-fibuler inferior.


Gambar 2: Sindesmoses

2.      Sendi tulang rawan
Sendi tulang rawan atau amfiartroses adalah sendi dengan gerakan sedikit, ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, dan dibagi menjadi subtipe yaitu:
a.       Simfisis pubis adalah tempat atau sebuah bantalan tulang rawan mempersatukan kedua tulang pubis. Sendi antara manubrium dan bahan sternum.

b.      Sendi temporer (sementara) atau seni tulang rawan primer diumpai antara diafisis dan epifisis tulang-tulang pipa sebelum pertumbuhan penuhnya sempurna.
3.      Sendi sinovial
Sendi sinovial atau diartrosis adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya. Ciri sendi yang bergerak bebas adalah ujung tulang-tulang yang masuk dalam formasi persendian ditutupi tulang rawan hialin.









Gambar 4: Sinovial pada siku (kiri), panggul (tengah), lutut (kanan)
Ligamen diperlukan untuk mengikat tulang-tulangnya bersama.
Sebuah rongga persendian : rongganya terbungkus sebuah kapsul jaringan fibrus yang biasanya diperkuat ligamen.
            Ada 6 jenis sendi sinovial, yaitu:
1.      Sendi datar atau sendi geser
2.      Sendi putar
3.      Sendi engsel
4.      Sendi kondiloid
5.      Sendi berporos atau sendi putar
6.      Sendi pelana atau sendi yang timbal balik menerima
Gerakan
 Gerak gerik yang terjadi pada sendi-sendi kerangka dapat di bagi dalam 3 kelompok utama, yaitu :
1.      Gerakan meluncur
2.      Gerakan bersudut (anguler)
3.      Gerakan rotasi
Sirkumduksi adalah istilah untuk melukiskan kombinasi rotasi dan gerakan anguler (bersudut), berputar dalam lingkaran, misalnya membawa lengan ke depan, ke atas, ke belakang dan ke bawah; termasuk fleksi, abduksi, ekstensi, adduksi dan beberapa rotasi.
Pembatasan gerakan sendi dalam banyak hal disebabkan bentuk permukaan persendian, misalnya pelurusan siku di batasi prosesus olekranon, ulna yang membentur pada humerus. Dalam hal lain gerakan di batasi simpai-simpai kuat ligamen, seperti dalam ligamen ilio-femural di depan sendi panggul yang membatasi pelurusan paha. Fleksi siku dan tungkai di atas paha dibatasi bagian lunak yang tersentuh.
Sendi Anggota Atas
            Sendi sterno-klavikuler adalah sendi meluncur yang di bentuk ujung besar di sebelah sternum klavikula dan bersendi dengan faset untuk klavikula di atas sternum.



 



                                               


Gambar 5: sendi sterno klavikuler


Sendi akromio-klavikuler di bentuk ujung luar klavikula yang bersendi dengan prosesus akromion skapula.




 


                                               


Gambar 6: sendi akromio klavikuler
            Sendi bahu atau humero-skapuler adalah sendi sinovial variasi sendi putar. Kepala humerus yang berbentuk sepertiga bola, bersendi di dalam rongga glenoid skapula. Rongganya di perdalam karena terpasangnya lapisan tebal tulang rawan fibrus, yaitu labrum glenoidal. Tulang-tulangnya dipersatukan ligamen yang membentuk kapsul yang sangat longgar.
            Tingkat dan pembatasan gerakan disini sebagian besar tergantung otot-otot yang mengelilinginya dan tekanan atmosfer yang menahan tulang-tulang dalam kedudukannya, sedangkan kelonggaran ligamen berupa kapsul memberi kebebasan gerakan ke semua jurusan, abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi medial dan lateral, dan sirkum duksi.
Sendi siku adalah sendi engsel, antara permukaan troklear di atas ujung bawah humerus dan lekukan troklear ulna. Semua ini merupakan bagian utama sendi, yaitu sendi humero-ulnaris. Kepala radius besebdi dengan kapitulum humeri, membentuk sendi humero-radialis dan empat permukaan persendian ini berada di dalam kapsul persendian. Dalam gerakan sendi itu radius di angkat ke belakang dan ke depan bersama dengan ulna.
            Gerakan yang terjadi pada siku adalah fleksi dan ekstensi.
                                                                                   




Gambar 7: sendi siku
Sudut siku yang di buat bila siku lurus, lengan bawah dan tangan dalam supinasi adalah kira-kira 170° dengan lengan atas. Hal ini disebabkan letak oblik permukaan persendian antara humerus dan ulna. Keuntungan sudut yang di buat ini adalah barang-barang dapat di angkat dan di ulurkan dengan baik.

Sendi radio-ulnaris.
Antara radius dan ulna terdapat 2 buah sendi yang dapat bergerak, yaitu sendi radio-ulnaris superior dan inferior. Membran interosa (antar tulang) membentuk sendi ketiga, yaitu sendi radio-ulnaris tengah. Membran ini juga memisahkan otot-otot yang ada di depan dari yang ada di belakang lengan bawah.
Gerakan radius di atas ulna adalah bebas. Karena kepala radius berotasi di dalam ligamen pembatas sendi radio-ulnaris superior ujung bawah radius berotasi di atas kepala ulna pada sendi radio-ulnaris inferior dan tangan di bawah serta dalam gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah.
            Pronasi adalah rotasi radius di atas ulna sampai tapak tangan menghadap ke belakang. Gerakan ini dilaksanakan oleh otot-otot yang disebut pronator dan terletak di depan lengan bawah antara radius dan ulna.
            Supinasi adalah gerakan sebaliknya. Kalau memulai dengan lengan bawah dalam pronasi, rotasinya dari dalam kearah luar sampai radius dan ulna  terletak paralel dan tangan terletak dengan tapaknya kedepan. Supinasi dilaksanakan dua otot supinator yang berada disebelah belakang lengan bawah, antara radius dan ulna dan juga otot bisep yang berkait ke dalam tuberositas radii. Gerakan ini perlu kalau memutar masuk sekrup memakai obeng, atau memutar kenop pintu.
            Sendi pergelangan tangan atau sendi radio-karpal adalah sendi kondiloid antar ujung bawah radius dan diskus persendian di bawah kepala ulna, yang bersama-sama membentuk permukaan konkaf ( cekung ) untuk menerima sisi atas skafoid (navikular, lunar dan tulang-tulang trikuetrum. Gerakan fleksi, abduksi dan adduksi terjadi atas sendi ini.
Sendi Tangan dan Jari
Sendi karpal. Permukaan persendian antara tulang-tulang karpal adalah ceper dan halus. Permukaan ceper ini dengan mudah saling bergeser dan membentuk persendian meluncur antara berbagai tulang itu. Tulang karpal tersusun berdempetan rapat sehingga hanya gerakan meluncur terbatas yang mungkin, tetapi dapat melaksanakan jumlah gerakan yang cukup banyak jika semua tulang bergerak bersama-sama.                                                        Gambar 8: Sendi karpal                     
Sendi karpometakarpal adalah sendi luncur yang terbentuk antara sisi distal baris bawah tulang-tulang karpal. Sendi karpo metakarpal ibu jari, yaitu sendi pelana, terbentuk antara basis metakarpal pertama dan trapezium (multangulum mayus). Sendi intermetakarpal dibentuk antara basis tulang-tulang metakarpal. Permukaan persendian lateral membentuk sendi datar atau sendi meluncur antara tulang-tulang ini.
Sendi metakarpo falengal adalah sendi jenis kondiloid. Kepala lima tulang metakarpal ini diterima dalam permukaan persendian pada basis falang proksimal. Gerakan flexi, ekstensi, abduksi, dan aduksi beralngsung pada sendi ini.
Sendi interfalangeal adalah sendi engsel. Sendi ini terbentuk oleh falang proksimal yang diterima dalam permukaan persendian di atas basis falang distal. Gerakanya adalah flexi dan ekstensi.
Sendi panggul adalah sendi sinovial varietas sendi putar. Kepala femur diterima ke dalam asetabulum tulang koksa.
-          Ligamen kapsuler sendi panggul adalah tebal dan kuat dan membatasi gerakan sendi ke semua jurusan.
-          Ligamen iliofemoral adalah ligamen yang terletak di depan sendi yang membantu mempertahankan sikap tegak tubuh kalau berdiri




Gambar 9: sendi panggul



Gerakan yang terjadi pada sendi panggul adalah fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi serta rotasi medial dan lateral. Kombinasi dari semua gerakan ini disebut sirkumduksi.
Sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan. Patela terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dan di atas itu patela meluncur sewaktu sendi bergerak. Patela berada di depan bagian-bagian persendian yang utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi
sendi lutut.
                                                Gambar 10: Sendi lutut
Struktur yang berada di dalam sendi lutut yaitu
-          Tulang rawan semilunaris, terletak di atas permukaan persendian yang berupa dataran tinggi tibia.
-          Ligamen-ligamen yang bertujuan untuk membatasi gerakan senid lutut dan mengikat tulang-tulangnya sehingga kuat.
-          Membran sinovial adalah yang terbesar dalam tubuh. Selain melapisi struktur sendi, juga membentuk beberapa bursa (kantong) sekitar sendi.
Gerakan yang terjadi pada sendi ini adalah ekstensi, fleksi, dan rotasi medial ringan.






                                                Gambar 11: Sendi lutut normal dan yang terkena OA
Sendi-sendi tibio fibuler. Sendi ini dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah kedua tungkai bawah. Batang tulang-tulang ini digabung oleh ligamen interosa (antartulang).
Sendi pergelangan kaki adalah sendi engsel yang dibentuk antara ujung bawah tibia beserta maleolus medialisnya, dan maleolus lateralis fibula, yang bersama-sama membentuk sebuah lubang untuk menerima badan talus. Kapsul sendi diperkuat ligamen-ligamen penting yang bersangkutan. Ligamen deltoid di sisi medial berjalan dari maleolus medial ke tulang-tulang tarsal yang mendampinginya dan sering mengalami robek yang parah bila pergelangan kaki terkilir.
Gerakan yang terjadi pada sendi ini adalah fleksi dan ekstensi atau sering disebut dorsi fleksi dan plantar fleksi.
Sendi pada telapak kaki
Sendi antar berbagai tulang tarsal adalah sendi luncur. Tulang-tulangnya disatukan oleh ligamen dorsal, plantar, dan interosa. Ligamen interosa membuat gili-gili dalam permuakaan persendian tulang-tulang ini.
Gerakan sendinya yaitu gerakan mengayun yang dapat dilakukan pada sendi talokalkaneus yang mirip aduksi dan abduksi. Sendi antara kepala talus dan navikular dan sendi antara kalkaneusdan kuboid disebut sendi mediotarsal atau sendi subtaloid. Pada sendi-sendi inilah terjadi gerakan inversi dan eversi.
Pada inversi tepi dalam, kaki dingkat ke atas dan telapaknya ditarik ke dalam. Pada eversi tepi samping, kaki diangkat ke atas dan telapaknya agak di tarik ke samping.
Sendi pada tarso metatarsus, metatarso falang, dan interfalang serupa yang diuraikan pada tangan.

KERANGKA ANGGOTA ATAS
Kerangka anggota atas dikaitkan pada kerangka badan dengan perantaraan gelang bahu, yang terdiri atas klavikula dan scapula. Dibawahnya terdapat tulang-tulang yang membentuk kerangka lengan, lengan bawah, dan telapak tanganyang seluruhnya berjumlah 30 buah tulang :
Humerus                     -           tulang lengan atas
Ulna dan radius                       -           tulang hasta dan tulang pengumpil
8 tulang karpal            -           tulang pangkal tangan
5 tulang metacarpal     -           tulang tapak tangan
14 falang                     -           ruas jari tangan

Klavikula atau  tulang selangka adalah tulang melengkung yang membentuk bagian anterior gelang bahu. Fungsi klavikula memberi kaitan pada beberapa otot leher, bahu dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan

Skapula
            Scapula atau  tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu dan terletak di sebelah belakang toraks yang lebih dekat ke permukaan dari pada iga. Bentuknya segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut, dan tiga sisi.
            Permukaan scapula. Permukaan anterior atau kostal disebut fosa subskapularo dan terletak paling dekat dengan iga.

Humerus
            Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang anggota atas, memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung.

Ujung atas humerus. Sepertiga atas ujung humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid scapula dan merupakan bagian bangunan sendi bahu.
Batang humerus sebelah atas bundar, tetapi semakin kebawah menjadi lebig pipih.
Ujung bawah humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling bawah terdapat permukaan sendi yang bentuk bersama tulang lengan bawah.

Ulna
            Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial lengan bawah dan lebih panjang dari pada radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
            Ujung atas ulna kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku. Prosesus olekranon  menonjol keatas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fosa olektranon dari humerus.
            Prosesus koronoidesus ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fosa koronoid humerus bila siku di bengkokkan.
            Batang ulna  makin mendekati ujung bawah makin mengecil, member kaitan pada otot yang mengendalikan gerakan pergelangan tangan dan jari.
            Ujung bawah ulna lebih kecil di banding ujung atasnya. Dua eminerus atau peninggian timbul diatasnya.
Radius
            Radius adalah tulang disisi lateral bawah, merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
Ujung atas radius memperlihatkan kepala berbentuk kancing yang memiliki permukaan dangkal bersendi dengan kapitulum  humerus.
Batang radius. Batangnya lebih sempit dan lebih bundar di sebelah atas dari pada di bawah dan semakin melebar mendekati ujung bawah.
Ujung bawah  agak berbentuk segi empat dan masuk dalam formasi dua buah sendi.

Tulang Pergelangan Tangan dan Tangan

            Tulang tangan disusun dalam beberapa kelompok. Karpus (tulang pangkal tangan) atau tulang yang masuk formasi pergelangan adalah tulang pendek. Metacarpal  membentuk kerangka tapak tangan dan berbentuk tulang pipa. Falang adalah tulang jari dan benrbentuk tulang pipa.

            Karpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah navilular (skafoid), lunatum (seminular), trikuetrum, dan pisiformis. Baris bawah adalah trapezium (multangulum mayus), trapezoid (multangulum minus), kapitatum, humatum.
Navikulare  (skafoid) adalah tulang berbentuk perahu; lunatum (semilunare) berbentuk seperti bulan sabit. Kedua tulang ini bersendi di atas dengan ujung bawah radius dalam formasi pergelangan, dan bersendi di bawah dengan beberapa tulang karpal barisan kedua.

            Metacarpal. Terdapat lima tulang metacarpal. Setiap tulang mempunyai batang dan dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal di sebut ujung karpal  dan sendi yang di bentuknya adalah sendi karpo _ metacarpal. Ujung distal bersendi dengan falang di sebut kepala.
            Falang  juga tulang panjang, mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil di arah ujung distal. Terdapat 14 falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari.
KERANGKA ANGGOTA GERAK BAWAH
            Tulang ekstermitas bawaha atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul.
Anggota bawah terdiri atas tiga puluh satu tulang :
1 tulang koksa            -    tulang pangkal paha
1 femur                       -    tulang paha
1 tibia                         -    tulang kering
1 fibula                       -    tulang betis
1 patela                       -    tempurung lutut
1 tulang tarsal             -    tulang pangkal kaki
5 tulang metatarsal     -    tulang telapak kaki
14 falang                    -    ruas jari kaki.

Tulang panggul
            Tulang panggul atau os koksae turut membentuk gelang panggul. Letaknya di setiap sisi dan di depan bersatu dengan simfisis pubis, maka dua tulang itu membentuk sebagian besar pelvis.
            Tulang koksae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur yang dibentuk tiga tulang yang bertemu di aserabulum, yaitu sebuah rongga berbentuk cawan di permukaan eksternal tulang koksa dan mencekam kepala femur dalam formasi gelang panggul.
            Tiga tulang yang berkumpul disini adalah ilium, yang menduduki tempat terbesar, di sebelah depan adalah pubis, dan iskium paling posterior.

            Tulang usus atau ilium memperlihatkan dua permukaan, sebuah Krista dan sebuah permukaan persendian untuk sacrum.
            Krista ilium melengkung dan menulang di atas tulang. Permukaan itu member kaitan banyak otot, termasuk otot abdominal dan latismus dorsi.

            Tulang kemaluan atau pubis terdiri atas sebuah badan dan dua ramus. Badannya berbentuk persegi empat dan diatasnya menjulang Krista pubis. Tulang pubis bersatu di depan pada simfisis pubis.
            Iskium  atau tulang duduk adalah bagian yang tertebal dan terkeras. Tuberositas iskium terletak pada titiknya yang terendah dan tubuh menjejak diatasnya kalau duduk.
            Foramen abturatum adalah foramen yang besar berbentuk lonjong terletak dibawah asetabulum dan dibatasi pubis dan iskium. Lubangnya berisi membaran dan melalui bagian atasnya pembuluh dan saraf obturatum berjalan dari pelvis masuk paha.
            Asetabulum  adalah rongga jeluk, berbentuk cawan yang di bentuk oleh pertemuan tiga tulang : pubis membentuk lapisan depan, ilium bagian atas, dan iskium bagian belakang.
Femur
            Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi dengan asetubulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini menjulur medial kelutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas memperlihatkan sebuah kepala yang menduduki dua pertiga daerah itu; di puncaknya ada lekukan seperti bentuk kulit telur dengan permukaan kasar, untuk kaitan ligamentum teres.
Batang femur berbentuk silinder, halus dan bundar di depan dan di sisi-sisinya, melengkung kedepan dan di belakangnya ada belebas yang sangat jelas, disebut linea aspera, tempat kaitannya sejumlah otot, di antaranya aduktor paha.
Ujung bawah adalah lebar dan memperlihatkan dua kondil, sebuah lekukan interkondiler, sebuah permukaan popliteum, dan sebuah permukaan patelaris. Kedua kondilnya sangat jelas menonjol; yang medial lebih rendah dari pada lateral. Kedua-duanya masuk dalam formasi persendian lutut.

Patella
Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang didalam tendon otot kuadrisep ekstensor. Apeks patella meruncinh kebawah. Permukaan anterior tulang ialah kasar. Permukaan posteriornya halus dan bersendi dengan permukaan patellar ujung bawah femur. Letaknya didepan sendi lutut, tetapi tidak ikut serta di dalamnya.

Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial dari fibula \atau tulang betis; tulang tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas  memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondil-kondil ini merupakan bagian paling atas dan paling pinggir dari tulang.
Batang. Pada irisan bentuknya segitiga. Sisi anteriornya paling menjulang dan sepertiga sebelah tengah terletak subkutan. Bagian ini membentuk Krista.
Ujung bawah masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan kebawah sebelah medial menjulang menjadi  maleolus medial  atau maleolus tibiae.
fibula
            fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Ujung atas berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar tibia, tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.
Batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai, dan member banyak kaitan.
Ujung bawah di sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis atau maleolus fibulae.



TULANG –TULANG KAKI
            Tulang tarsal (tulang pangkal kai). Ada tujuh buah tulang yang secara kolektif dinamakan tarsus. Tulang-tulang itu adalah tulang pendek, terbuat dari jaringan tulnag berbentuk jala dengan pembungkus jaringan kompak. Tulang-tulang ini mendukung berat badan kalau berdiri.
            Kalkaneous atau tulang tumit adalah tulang terbesar tapak kaki. Tulang itu ada di sebelah belakang membentuk tumit dan mengalihkan berat badan di atas tanah kebelakang, member kaitan pada otot besar dari betis dengan perantaraan tendon Achilles atau tendon kalkaneus. Disebelah atas bersendi dengan talus dan di depan dengan kuboid.
            Tulang metatarsal. Terdapat lima tulnag metatarsal. Tulang-tulang ini tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung-ujung proksimal atau ujung tarsal bersendi dengan tulang tarsal. Ujung distal atau falangeal bersendi dengan tulang tarsal. Ujung distal atau falangeal bersendi dengan basis falang proksimal.
            Falang-falangnya sama dengan jari-jari tangan, tetapi lebih pendek
            Lengkung pada kaki. Pada kaki terdapat empat lengkung. Lengkung medial atau internal terbentuk dari belakang kedepan oleh kalkaneus, yang merupakan pendukung posterior lengkung; talus menjadi puncak lengkung, dan kepala ketiga metatarsal sebelah dalam membentuk dukungan anteriorlengkung. Lengkung lateral atau lengkung longitudinal luar di bentuk oleh kalkaneous, kuboid, dan dua tulang metatarsal sebelah luar.


2.PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS PENYAKIT METABOLISME SENDI
Patofisiologi mempelajari mengenai fungsi-fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit.
Patogenesis merupakan keseluruhan proses perkembangan penyakit. Perubahan struktur dan fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel, jaringan dan organ.
1.      Osteoarthritis(OA)
Patofisiologi
Pada kondisi fisiologis, matriks ekstraselular memiliki waktu paro bertahun-tahun sehingga metabolismenya berjalan sangat lambat. Namun dengan adanya peningkatan beban mekanik (peningkatan berat badan), bertambahnya usia dan adanya cedera dapat mempercepat proses metabolismenya. Tulang rawan sendi akan terdegradasi menyebabkan keretakan matriks. Permukaan halus tulang rawan menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak dan gerakannya menyebabkan nyeri dan ngilu.
Patogenesis
Sampai saat ini masih belum jelas, karena banyak faktor- faktor penyebab atau faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhinya. Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu :
i.                    Kerusakan tulang rawan sendi
Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih kurang 80% air, 3,6% proteoglikan, 15% kolagen dan sisanya mineral dan zat-zat organik lain serta kondrosit yang berfungsi membentuk kolagen dan proteoglikan. Kadar kolagen dan proteoglikan ini yang menentukan agar matrix tulang rawan berfungsi baik yaitu sebagai penahan beban dan peredam kejut.

Pada tahap awal kerusakan tulang rawan, terjadi penurunan kadar proteoglikan sedangkan kadar kolagen masih normal. Hal ini terjadi karena proses destruksi melebihi proses produksinya sehingga permukaan tulang rawan menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air menurun sehingga warna matrix menjadi kekuningan dan timbul retakan dan mulai terbentuk celah.

Tahap kedua, celah makin dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah subkondral. Jumlah sel rawan mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.
Tahap ketiga, celah makin dalam sampai ke daerah subkondral. Kista dapat menjadi sangat besar dan pecah sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.
Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi akan difagosit oleh sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu kondrosit mati, proteoglikan dan kolagen tidak diproduksi lagi.

ii.                  Pembentukan osteofit
Ada beberapa hipotesis mengenai pembentukan osteofit :
1) Akibat proliferasi (pengulangan siklus sel) pembuluh darah di tempat rawan sendi berdegenerasi.
2) Akibat kongesti (penghambatan) vena yang disebabkan perubahan sinusoid sumsum yang tertekan oleh kista subkondral.
3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan timbul sinovitis sehingga tumbuh osteofit pada tepi sendi, pada perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang.

2.      Rheumatoid Arthritis (RA)
Patofisiologi
Pada RA, reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Patogenesis
Meskipun faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk inisiasi penyakit, kerentanan, dan akselerasi belum teridentifikasi, faktor-faktor ini memicu reaksi kekebalan yang mengarah ke peradangan sendi, kerusakan, dan kehancuran. Pada gilirannya, hal ini peradangan sendi, kerusakan, dan kehancuran menguatkan respon imun, menyebarkan proses penyakit dan menyebabkan kerusakan sendi lebih lanjut dan kehancuran. Respon imun terpadu yang kompleks dan menyebabkan sekresi sitokin, antibodi, RF, dan anti-Antibodi PKC. Perubahan histopatologis di RA sinovium terjadi, termasuk edema dengan infiltrasi sel T, sel B, dan makrofag. Pembentukan pannus, atau jaringan granulasi inflamasi yang mengikis tulang rawan menjadi berdekatan dan tulang, akhirnya mengarah pada kerusakan sendi. Respon kekebalan yang terlibat dalam patogenesis RA sekarang dapat ditargetkan oleh farmasi baru-cotherapy. Sebuah contoh adalah penggunaan agen biologis terhadap tumor necrosis factor-α (TNF-α) yang muncul pada akhir 1990-an. Sebagai penelitian lebih lanjut menjelaskan peran sel kekebalan tubuh dan faktor (misalnya, TNF-α dan interleukin [IL-1 dan IL-6]) dalam patogenesis, kemajuan lanjut dalam pengobatan RA mungkin memerlukan interaksi beberapa inflamasi sel Antigen-presenting sel dan sel T berinteraksi dengan sel B dan sel plasma.

3.      GOUT (Uric Acid)
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang-ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan immunoglobulin yang terutama berupa IgG. Dimana IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian dapat memperlihatkan aktifitas imunologik.
Patogenesis

Tahap 1 (Tahap Gout Arthritis akut)
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas untuk pertama kalinya. Serangan artritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu sekitar 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka akan lebih cepat menghilang. Karena cepat menghilang maka penderita sering menduga kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidak menduga terkena penyakit gout arthritis dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri penderita terserang penyakit gout arthritis. Ini karena serangan pertama berlangsung sangat singkat dan dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting), maka penderita sering berobat ke tukang urut dan pada saat penderita sembuh, penderita menyangka hal itu dikarenakan hasil urutan/pijatan. Namun jika dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan asam urat tidak boleh dipijat ataupun diurut, tanpa diobati atau diurut sekalipun serangan pertama kali ini akan hilang dengan sendirinya.

Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1-10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya
antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Arthritis akut. Atau menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya dengan penyakit Gout Arthritis.

Tahap 3 (Tahap Gout Arthritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan arthritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin banyak.

Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.


4.      Post Traumatic Arthritis
Patofisiologi dan Patogenesis
Hal ini sering terbentuk sebagai akibat dari dislokasi, patah tulang atau cedera ligamen di kaki yang merusak sendi. Patofisiologi dan Patogenesis  yang sama dengan Osteoarthritis  hanya pada PTA, umumnya diakibatkan adanya trauma, contohnya trauma pada saat olahraga, kecelakaan, jatuh atau cedera fisik lainnya.

5.      Osteonecrosis (Necrosis Avascular)
Patofisiologi
            Kepala tulang paha mendapatkan aliran darahnya dari hanya satu pembuluh darah. Bila pembuluh ini tersumbat atau dihalangi, aliran darah ini ditutup dengan akibat osteonekrosis. Hal serupa dapat berpengaruh pada bahu dan lutut. Pada beberapa kasus, lemak mEnyumbat pembuluh darah dalam tulang. Infeksi HIV dapat menyebabkan masalah dengan metabolisme lemak. Tingkat lemak yang tinggi dalam darah dapat menyumbang pada gumpalan darah. Lebih banyak radang  dapat meningkatkan pembekuan darah dan juga meningkatkan risiko gumpalan darah.

Patogenesis
Dengan penyumbatan aliran darah pada pembuluh darah di tulang, menyebabkan kurangnya bahkan tidak ada aliran darah (gangguan sirkulasi darah) dalam tulang selanjutnya, daerah yang berdekatan menjadi hyperemic (meningkatnya volume darah), mengakibatkan demineralisasi, dalam trabekular (jaringan) menipis, dan kemudian hancur/mati. Dengan matinya sel pada satu bagian tersebut jaringan seluruhnya yang tidak tersirkulasi darah juga akan mati.
6.      Osteochondritis dissecans
Patofisiologi
tersumbatnya aliran darah menyebabkan tulang subchondral untuk mati dalam proses yang disebut avascular nekrosis. Tulang tersebut kemudian diserap kembali oleh tubuh, meninggalkan tulang rawan artikular sehingga menjadi rentan terhadap kerusakan. Hasilnya adalah fragmentasi (diseksi) dari kedua tulang rawan dan tulang, dan gerakan bebas dari fragmen osteokondral ini dalam ruang sendi, menyebabkan rasa sakit ,kaku pada sendi menjadi tidak seimbang serta menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Patogenesis
Osteochondritis dissecans adalah hasil dari sirkulasi aliran darah yang terhambat ke sebagian dari tulang talus. dengan bertambahnya waktu yang lama, kalus yang sedikit demi sedikit hilang/ habis akibat proses penyerapan oleh tubuh (efek sirkulasi darah) lama kelamaan akan menyebabkan osteoarthritis.
7.      SPONDILITIS ANKILOSA
Penyakit ini bersifat kronis dan progresif yang menyerang pada sendi sakroiliakal dan sendi panggul serta sendi-sendi synovial pada spiral. Intikuman biasanya merusak spingiosakorpus vertebra. Bagian-bagian intervertebra menjadi meradang dan akhirnya terjadi fusi atau kekakuan atau persatuan tulang pada sendi sakroiliakal dan spinal-spinal lain melalui servikal.
Proses fusi ini terjadi setelah 10 – 20 tahun. Penyakit ini dapat timbul pada usia 10 – 30 tahun dan biasanya menjadi progresif setelah 50 tahun dan lebih pada laki-laki. Spondiliti sankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang dan ligamen-ligamen para vertebral. Apabila diskus vertebralis juga terinvasi oleh jaringan vascular dan fibrosa maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya.Jaringan synovial disekitar sendi yang terserang akan meradang.
Proses patofisiologi yang terjadi pada spondilitis ankilosa ditandai dengan adanya inflamasi dan, terjadinya fusi. Hal tersebut dapat di ilustrasikan dalam gambar dibawah ini:








Gambar 1.TulangBelakang Normal dan
TulangBelakangdenganSpondilitisAnkilosa
3. KLASIFIKASI,ETIOLOGI,EPIDEMIOLOGI DAN GEJALA KLINIS      PENYAKIT METABOLIK SENDI
1.      Osteoarthritis
1.1  Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena osteoarthritis. Osteoarthritis dapat dibagi menjadi :
a.       Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer dapat disebut sebagai osteoarthritis idiopatik, OA ini tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit maupun perubahan local pada sendi.
b.      Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh inflamasi, kelainan system endokrin, metabolic, factor keturunan, serta imobilisasi yang terlalu lama.

1.2  Epidemiologi
Prevalensi keseluruhan 12 – 15 % pada paling sedikit satu sendi. Lebih banyak pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia >75% tahun memiliki bukti radiologis adanya OA. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.

1.3  Etiologi
Penyebab osteoarthritis belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu digunakan factor resiko, antara lain :
a.       Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur
b.      Frekuensi OA dibawah 45 tahun kurang lebih sama pada wanita maupun laki – laki, tetapi di atas 50 tahun ( setelah meopouse ) frekuensi OA lebih banyak pada wanita
c.       Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pria.
d.      Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan peningkatan risiko OA
e.       Osteoarthritis cenderung untuk menurun dalam keluarga

1.4  Gejala klinis
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan – keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan – lahan.
a.       Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
b.      Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan – pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
c.       Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.
d.      Krepitasi
Rasa gemeretak ( kadang – kadang dapat terdengar ) pada sendi yang sakit
e.       Pembesaran sendi ( deformitas )
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu  sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan ) secara pelan – pelan membesar.
f.       Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejalan yang menyusahkan pasien. Hamper semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA yang umumnya tua.

2.      Post traumatic arthritis
2.1  definisi
post traumatic arthritis adalah arthritis yang disebabkan karena adanya cedera atau trauma.
2.2  etiologi
post traumatic arthritis disebabkan oleh pemakaian dari sendi yang memiliki jenis cedera fisik. Cedera bisa dari olahraga, kecelakaan kendaraan, jatuh, cedera militer, atau sumber lain trauma fisik. Cedera tersebut dapat merusak tulang rawan dan/atau tulang, mengubah mekanika sendi dan membuat aus lebih cepat.

2.3  gejala klinis
Gejala arthritis pasca-traumatic (Post traumatic arthritis) termasuk nyeri sendi, pembengkakan, akumulasi cairan dalam sendi, dan penurunan toleransi untuk berjalan-jalan, olahraga, dan kegiatan lainnya yang stres sendi.

3.      osteonecrosis
3.1  definisi
osteonecrosis merupakan kematian jaringan tulang karena kegagalan suplai darah.

3.2  etiologi
penyebab osteonecrosis antara lain akibat pengobatan (glukokortikoid), keadaan fisiologik atau patologik tertentu (kehamilan, tromboemboli) atau tidak diketahui (idiopatik)

3.3  gejala klinis
gejala utama osteonecrosis adalah nyeri tulang pada area yang terserang. Keadaan ini harus dicurigai pada pasien yang menggunakan steroid dosis tinggi atau jangka panjang yang mengeluh nyeri tulang.

4.      osteochondritis dissecans
4.1  definisi
Osteokondritis Disekans adalah suatu kondisi di mana suatu bagian tulang rawan sendi lepas dari ujung tulang bersama dengan lapisan tipis tulang di bawahnya. Gangguan ini paling sering terjadi pada pria muda, terutama setelah cedera sendi.
4.2  etiologi
Osteokondritis Disekans disebabkan karena tekanan ringan yang berulang-ulang. Cedera ringan yang dialami berkali-kali seringkali tak disadari dan dapat merusak ujung tulang yang terkena.
4.3  gejala klinis
Tanda dan gejala Osteokondritis Disekans meliputi:
a.          Nyeri, gejala yang paling umum. Dapat dipicu oleh aktivitas fisik seperti; naik turun tangga, mendaki bukit atau permainan olahraga.
b.         Penguncian. Sendi mungkin terkunci dalam suatu posisi tertentu jika sebuah potongan yang lepas terselip di antara tulang selama terjadi gerakan.
c.          Lemah. Terkadang sendi terasa melemah.
d.         Penyempitan rentang gerak. Pasien mungkin tidak dapat meluruskan kaki atau tangan sepenuhnya.
e.          Pembengkakan dan nyeri. Kulit di sekitar sendi dapat menjadi bengkak dan sakit.
5.      Artritis Reumatoid
3.1  Definisi
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh adanya inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Artritis Reumatoid terutama mengenai sendi  - sendi kecil pada tangan dan kaki.
3.2  Epidemiologi
Pada kebanyakan populasi di dunia, prevalensi AR relative konstan yaitu berkisar antara 0,5 – 1. Prevalensi di India dan di Negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan di China, Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dari 0,4%. Prevalensi AR lebih banyak ditemukan pada perempuan  dibandingkan dengan laki – laki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur.
3.3  Etiologi
a.       Etiologi dari AR tidak diketahui secara pasti. Factor genetic berperan penting terhadap kejadian AR. Hubungan gen HLA-DRB1 telah diketahui dengan baik.
b.      Prevalensi AR lebih besar pada perempuan daripada laki – laki, sehingga diduga hormone sex berperan dalam perkembangan penyakit ini.
c.       Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit. Organism ini diduga menginfeksi host dan merubah respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit.

3.4  Gejala klinis
a.       Kurang lebih 2/3 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan. Awitan ini ditandai dengan kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama 1 jam atau lebih, kelemahan, kelelahan, anoreksia, dan demam.
b.      Terbentuk nodul rheumatoid. Pembengkakan ini terdiri atas sel darah putih dan debris sel yang terdapat di daerah trauma.
c.       Kerusakan struktur artikular dan periartikular ( tendon dan ligamentum ) menyebabkan terjadinya deformitas.

6.      Lupus Eritematosus Sistemik
6.1  Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit rematik autoimun yang ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau system dalam tubuh

6.2  Epidemiologi
Prevalensi SLE diberbagai Negara sangat bervariasi antara 2,9/100.000 – 400/100.000. penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, tetapi paling banyak pada usia 15  - 40 tahun.

6.3  Etiologi
Etiologi dari SLE belum diketahui secara pasti. Diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan multifaktorial antar variasi genetic dan faktor lingkungan

6.4  Gejala klinis
a.       Kelelahan
Kelelahan merupakan keluhan umum yang dijumpai pada penderita SLE. Kelelahan ini agak sulit dinilai karena banyak kondisi lain yang dapat menyebabkan kelelahan seperti anemia, meningkatnya beban kerja, dan lain lain.
b.      Penurunan berat badan
Penurunan berat badan ini dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan atau diakibatkan gejala gastrointestinal
c.       Demam
Demam akibat SLE biasanya tidak disertai menggigil.
d.      Nyeri otot, nyeri sendi, atau inflamasi sendi
e.       Ruam pada kulit.

7.      Spondilitis ankilosa
7.1  Definisi
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit inflamasi yang bersifat sistemik terutama menyerang sendi tulang belakang ( vertebra )

7.2  Epidemiologi
Spondilitis ankilosa biasanya mulai sejak decade kedua hingga decade ke tiga kehidupan dengan median usia 23 tahun. Pada 5% pasien, gejala timbul pada usia lebih dari 40 tahun. Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama bertahun – tahun.

7.3  Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui tetapi penyakit ini cenderung diturunkan secara genetic.


7.4  Gejala klinis
Gejala klinik SA dapat dibagi dalam manifestasi skeletal dan ekstraskeletal. Manifestasi skeletal berupa artritis aksis, artritis sendi panggul dan bahu, artritis perifer, entensopati, osteoporosis, dan fraktur vertebra. Manifestasi ekstraskeletal berupa iritis akut, fibrosis paru, dan amiloidosis.
Gejala utama SA adalah adanya sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan nyeri hilang timbul pada pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha. Keluhan konstitusional biasanya sangat ringan, seperti anoreksia, kelemahan, penurunan berat badan, dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit
8.      Arthritis pirai ( Gout )
8.1  Definisi
Arthritis pirai merupakan penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler

8.2  Epidemiologi
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa, sedangkan pada wanita jarang sebelum menopause.

8.3  Etiologi
Gangguan metabolism
Hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Penumpukan Kristal monosodium urat pada sendi.

8.4  Gejala klinis
a.       Peningkatan kadar urat serum
b.      Terjadi pembengkakan mendadak dan nyeri yang luar biasa, terutama pada sendi ibu jari kaki
c.       Arthritis dan peradangan local
d.      Demam dan peningkatan sel darah putih
e.       Kegagalan ginjal akibat penumpukan batu asam urat



9.      Pseudogout
9.1  Definisi
Serangan radang akut dengan gejala mirip dengan gout dan sering tampak pada pasien – pasien dengan penimbunan Kristal CPPD

9.2  Epidemiologi
Laporan mengenai data epidemiologi penyakit radang sendi  akibat penimbunan Kristal ( atropati Kristal ) sangat jarang. Pseudogout sering ditemukan pada umur pertengahan dan umur yang lebih tua, data yang pernah dilaporkan menyatakan bahwa 10 – 15 % mengenai mereka yang berusia 65 – 70 tahun dan akan meningkat 30 -60 % pada usia di atas 80 tahun.

9.3  Etiologi
Penyebab dari pseudogout adalah timbunan Kristal CPPD di dalam struktur sendi. Penyebab penimbunan ini belum diketahui.

9.4  gejala klinis
inflamasi sinovium merupakan gejala yang khas. Pada saat serangan akut didapatkan adanya pembengkakan yang sangat nyeri, kekakuan dan panas local sekitar sendi yang sakit. Gambaran tersebut menyerupai gout.

4.   DIAGNOSIS PENYAKIT METABOLIK SENDI\
1.      Anamnesis
·         Sendi mana yang terkena? Apa gejalanya: nyeri, sakit, kaku, morbiditas berkurang?
·         Nyeri seringkali berdenyut dan dalam, dan bisa berkurang dengan istirahat. Nyeri bisa menjalar jauh dari sendi yang terkena. Gejala klasik memburuk pada cuaca dingin dan lembap?
·         Apa yang memperingan/memperberat gejala?
·         Tanyakan cedera sendi sebelumnya, kelainan sendi kongenital, gangguan metabolik/endokrin (misalnya akromegali, hemakromatosis) dan radang atau artritis septik sebelumnya.
·         Adakah tanda-tanda artritis radang (misalnya kaku di pagi hari, demam dan sebagainya)?
·         Adakah gangguan skeletal lain (misalnya osteoporosis, fraktur sebelumnya), gout, atau penyakit neurologis (misalnya neuropati diabetikum yang menimbulkan sendi Charcot)?
Riwayat penyakit dahulu
·         Adakah penyakit serius lain?
·         Adakah riwayat bedah penggantian sendi?
Obat-obatan
·         Apakah pasien mengkonsumsi obat sejenis OAINS?
Riwayat keluarga dan sosial
·         Bagaimana riwayat pekerjaan pasien?
·         Tanyakan tingkat keparahan disabilitas dan masalah fungsional?

Riwayat Penyakit
Pada umumnya pasien yang mempunyai kelainan sendi akan mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.
a)      Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
b)      Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c)      Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah mobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.
d)     Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e)      Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
f)       Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien uang mempunyai kelainan sendi pada pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien penyakit sendi yang umumnya berusia tua.
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada sendi yang masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat badan dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
b.      Krepitasi
Gejala ini lebih berarti unttuk pemeriksaan klinik pada kelainan sendi. Pada awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak terrtentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
c.       Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi.
d.      Tanda-tanda peradangan
tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada kelainan sendi karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
e.       Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
f.       Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada kelainan sendi pada lutut. Tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan, osteoartritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
3.      Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis kelainan sendi biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.
Radiografis Sendi yang Terkena
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoartritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostik yang lebih canggih.

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis ialah:
·         Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban)
·         Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
·         Kista tulang
·         Osteofut pada pinggir sendi
·         Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi dapat digradasi menjadi ringan sampai berat (kriteria Kellgren dan Lawrence). Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.
Pemeriksaan penginderaan dan radiografi sendi lain.
·         Pemeriksaan radiografi sendi lain atau penginderaan magnetik mungkin diperlukan pada beberapa keadaan tertentu. Bila osteoartrtis pada pasien dicurigai berkaitan dengan penyakit metabolic atau genetic.
·         Radiografi sendi lain perlu dipertimbangkan juga pada pasien yang mempunyai keluhan banyak sendi (osteoartritis generalisata).
·         Pasien-pasien yang dicurigai mempunyai penyakit-penyakit yang meskipun jarang tetapi berat (osteonekrosis, neuropati Charcot, pigmented sinovitis) perlu pemeriksaan yang lebih mendalam. Untuk diagnosis pasti penyakit-penyakit tersebut seringkali diperlukan pemeriksaan lain yang lebih canggih seperti sidikan tulang penginderaan dengan resonansi magnetic (MRI), artroskopi dan artrogafi.
·         Pemeriksaan lebih lanjut (khususnya MRI) dan mielografi mungkin juga diperlukan pada pasien dengan kelainan sendi tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan keluhan-keluhan kompresi radikular atau medulla spinalis.
4.      Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada kelainan biasanya tak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali penyakit sendi generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor reumatoid dan komplemen) juga normal. Pada penyakit sendi yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.

5.      PENATALAKSANAAN PENYAKIT METABOLIK SENDI
            Penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita osteoarthritis bertujuan untuk mencegah atau menahan kerusakan lebih lanjut . Penatalaksanaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena dan berat ringannya sendi yang terkena. Penatalaksanaannya terdiri dari 3 yaitu:
A.    Terapi Non-farmakologis
1.      Penerangan atau edukasi
Maksud dari penerangan adalah  agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang penyakitnya ,bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiaannya tetap dapat dipakai.
2.      Terapifisik dan rehabilitasi
Terapi fisik bertujuan untuk melatih pasien agar persendiaannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
3.      Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan factor yang akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Penurunan berat badan dan sangat membantu dalam meringankan beban yang harus dipikul oleh sendi lutut dan sendi panggul

B.     Terapi Farmakologis
1.      Analgesik Oral Non Opiat
Analgesic oral non opiate merupakan obat penghilang nyeri dan sakit non narkotika. Jenis obat ini banyak beredar dipasaran seperti Paracetamol dan tramadol.
2.      Analgesik Topikal
Analgesic topical Biasanya digunakan sebelum pasien mencoba menhilangkan nyeri menggunakan obat peroral lainnya

3.      Obat anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Apa bila dengan cara-cara diatas tidak berhasil, pada umumnya pasien mulai dating kedokter. Dalam hal ini seperti ini kita pikirkan untuk pemberian OAINS
Karena obat ini disamping mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti
inflamasi.
4.      Chondroprotective Agent
Yang dimaksud dengan chondro protective  Agent adalah obat-
Obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sampai saat ini yang
Termaksud golongan obat ini adalah: Tetrasiklin, Asam hialuronat, kondroitin sulfat ,glikosa minoglikan, vitamin-c,superoxide dismutase dansebagainya
C.     Terapibedah
Terapi bedah diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil yang Bertujuan untuk mengurangi rasa Sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang Mengganggu aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan osteoarthritis
 cara pembedahan bertujuan untuk memperbaiki jaringan penyokong yang rusak atau untuk menggantikan seluruh sendi.Bedah artroskopi dilakukan untuk membuang partikel-partikel cartilago dengan efisiensi yang sama bila dengan cara operasi biasa. Bentuk operasi lain yang dipakaia dalah osteotomy angulasi yaitu untuk kmengobati OA Penggantian sendi panggul dan lutut secara total telah berhasil mempertahankan fungsi sendi sehingga mendekati fungsi normal, pada penderita osteoarthritis.

6.      KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS PENYAKIT METABOLIK SENDI
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoarthiritis tidak ditangani dengan serius. Komplikasi berupa malfungsi tulang yang signifikan. Penurunan fungsi tulang ini akan berlanjut terus.  Penderita akan berujung pada kehilangan kemampuan berdiri atau berjalan. Jika engsel tersebut sudah parah, biasanya dokter akan menyarankan penggantian engsel dengan pembedahan. Pada beberapa penderita yang tidak bisa melakukan pembedahan akan dilakukan terapi dan akan diajari cara menggunakan alat tambahan untuk mempermudah gerakan sehari-hari. Yang terparah adalah terjadinya kelumpuhan.
Komplikasi osteoarthritis :
1.      Osteonekrosis
Adalah tulang yang mati akibat suplai darah ke tulang berkurang atau terhenti, sehingga memicu terjadinya patahan pada tulang. Jika terjadi pada tulang didekat sendi, sendi tersebut juga dapat mati. Osteonekrosis dapat mengenai tulang di bagian manapun, misalnya lutut, rahang, pergelangan tangan atau bahu namun paling umum pada tulang pinggul.
2.      Baker’s cyst
Adalah pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendi lutut menonjol dibagian belakang lutut. Bagian belakang lutut disebut juga sebagai daerah poplitea lutut. Baker’s cyst diakibatkan oleh penumpukan cairan sendi yang terjebak,yang menonjol dari kapsul sendi di belakang lutut sebagai kantung yang menonjol. Penyebab dari penumpukan cairan sendi termasuk radang sendi rheumatoid,oeteoarthritis dan terlalu banyak menggunakan lutut.
3.      Satu penumbuhan yg terlalu cepat pada tulang (osteophyte)
4.      Menekan saraf vertebra serviks atau lumbar (spondylosis)
5.      Dapat menyebabkan pemampatan saraf tunjang (radiculopathy)
6.      Disfungsi saraf tunjang (myelopathy)
Gangguan fungsional dan atau perubahan patologi pada medulla spinalis sering menunjukkan lesi nonspesifik, dan berlawanan dengan myelitis(radang).

Prognosis

Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi. Osteoarthritis biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini seringkali meliputi perubahaan pola makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu.







BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan Akhir :
   Ibu Aminah mengalami osteoarthritis karena faktor usia lanjut (degenaratif)  pengikisan tulang pada sendi akibat dari berkurangnya cairan sinovial pada sendi,dan penatalaksanaan yang diberikan pada ibu aminah yaitu :
·         Terapi non-farmakologi
·         Terapi farmakologi


DAFTAR PUSTAKA

1.      Evelyn C. Pearce, 2009, ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama
2.      Buku at a glance MEDICINE
3.      Buku ajar gangguan muskuloskeletal, zairin noor helmi,2013
4.      Zein Umar, “Penyakit Metabolik pada sendi”, 2013 (Kuliah Pakar)
5.      Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing
6.       Patrick Davey. 2003. At a Glance Medicine. Erlangga
7.      Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta ; EGC\
8.      Price A Sylvia, Wilson m Lorraine. Patofisiologikonsepklinis proses-proses penyakitedisi 6. EGC. Jakarta :2005
9.      Soerosoj ,Isbagio H, dkk. Osteoartririsdalambukuajarilmupenyakitdalamjilid 3 edisi5. interna publishing. Jakarta :2009
10.  Schumacher HR. Primer on the Rheumatic Disease. Ninth Ed. Arthritis Foundation. Atlanta GA. 1988.
11.  Harry lsbagio. Penyakit Reutnatik 1, Yayasan Penerbit lDl, Jakarta, 1992.






1 Komentar:

Pada 4 Maret 2022 pukul 16.44 , Blogger fabiushackmann mengatakan...

Golden Nugget Casino in Henderson, NV - Mapyro
Golden Nugget Casino 구리 출장샵 · Golden Nugget 광주 출장샵 Casino is a 부산광역 출장안마 popular Las Vegas casino with good food options. · Golden 충청남도 출장마사지 Nugget Casino has over 1300 slots,  Rating: 3.7 · ‎28 제천 출장샵 reviews

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda